Senin, 02 April 2012

kuliah


HERMENEUTIKA

hermeutika adalah sebuah pendekatan yang memberlakukan obyek kajian sebagai gejala text.
text adalah sebuah orpus yang bisa ditafsirkan.
setiap aliran secara tidak langsung memunculkan distors, wacana.
agama sering kali menjadi text.munculnya hermeutika karena adanya peradaban text.
efek hermeutika
  • membuat orang menafsirkan text-text alqur'an sesuai konteksnya masing masing.
manfaat hermeutika
  • membuat kita kritis terhadap wacana-wacana agama.

Hermeneutika, secara umum dapat didefinisikan sebagai teori atau filsafat tentang interpretasi (tafsiran) makna (Joseph Bleicher, Contemporary Hermeneutics, London : Routledge and Kegan Paul, 1980, hal. 12). (Triatmoko, 1993).

Kata hermeneutika itu sendiri berasal dari kata kerja bahasa Yunani, hermeneuin, yang berarti menafsirkan. Kata bendanya hermeneia.

Akar kata itu dekat dengan nama dewa Yunani yakni Dewa Hermes yang menjadi utusan atau pembawa pesan para dewa. Dewa Hermes berperan mengubah apa yang di luar pengertian manusia ke dalam bentuk yang dimengerti manusia. Peranan semacam itulah yang kurang lebih mau dilakukan oleh para ahli tafsir Kitab Suci (Triatmoko, 1993).

Dalam The New Encyclopedia Britannica, dikatakan bahwa hermeneutika adalah studi tentang prinsip-prinsip umum dalam interpretasi Bible (hermeneutics is the study of the general principal of biblical interpretation).

Tujuan awal dari penggunaan metode hermeneutika adalah untuk menemukan kebenaran dan nilai-nilai dalam Bible. Dalam sejarah interpretasi Bible, ada 4 model utama interpretasi Bible, yaitu :

1. Literal interpretation; interpretasi sesuai makna yang jelas, mengikuti aturan tatabahasa dan konteks sejarahnya.
2. Moral interpretation; interpretasi berdasarkan nilai-nilai etika dalam kitab suci.
3. Allegorical interpretation; interpretasi mengunakan makna alegoris (kiasan), tanpa mengabaikan makna literalnya, tetapi makna literal dianggap rendah dan perlu diangkat menuju makna kiasannya.
4. Anagogical interpretation; interpretasi dengan mencoba mencari makna-makna mistis dari angka-angka dan huruf kitab suci.

Dari model-model ini, yang menjadi arus utama sejak awal sejarah Kristen adalah model literal (model Antioch) dan model allegoris (model Alexandria).

Ke-4 model interpretasi Bible tersebut dipraktikkan sejak awal sejarah Kristen (abad ke-4 M), dengan tokohnya Saint Jerome, hingga berakhirnya Abad Pertengahan (abad ke-16 M) dengan tokohnya Marthin Luther.


Pada masa modern, hermeneutika dipelopori oleh Friedrich Schleiermacher (1768-1834). Tokoh teolog Protestan ini dikenal sebagai Bapak Hermeneutika Modern yang pertama kali berusaha membakukan hermeneutika sebagai metode umum interpretasi yang tidak terbatas pada interpretasi kitab suci atau kitab sastera. Kemudian Dilthey (w. 1911) menerapkannya sebagai metode sejarah, lalu Hans-Georg Gadamer (1900- ) mengembangkannya menjadi ‘filsafat’, Paul Ricoeur menjadikannya sebagai ‘metode penafsiran fenomenologis-komprehensif’. Selain itu para filosof seperti Jurgen Habermas, Jacques Derrida, dan Michael Foucault, mengembangkan sebentuk "kritik hermeneutik", yaitu analisis atas proses pemahaman manusia yang sering terjebak dalam otoritarianisme, khususnya karena tercampurnya determinasi sosial-budaya-psikologis dalam kegiatan memahami sesuatu (Faiz, 2005).


Secara umum, ada 3 tujuan hermeneutika.

1. Hermeneutika sebagai cara untuk memahami,
2. Hermeneutika sebagai cara untuk memahami suatu pemahaman,
3. Hermeneutika sebagai cara untuk mengkritisi pemahaman.

Dalam perspektif pendekatan hermeneutik, variabel pemahaman manusia sedikitnya melibatkan 3 unsur:
1. Unsur pengarang (author).
2. Unsur teks (text).
3. Unsur pembaca (reader).

Ke-3 elemen pokok inilah yang dalam study hermeneutika disebut Triadic Structure.

Hermeneutika, sebagaimana disebut di atas, pada dasarnya merupakan suatu metode penafsiran yang berangkat dari analisis bahasa dan kemudian melangkah ke analisis konteks, untuk kemudian "menarik" makna yang didapat ke dalam ruang dan waktu saat proses pemahaman dan penafsiran tersebut dilakukan.

Jika pendekatan hermeneutika ini dipertemukan dengan kajian teks kitab suci, maka persoalan dan tema pokok yang dihadapi adalah bagaimana teks teks kitab suci tsb hadir di tengah masyarakat, lalu dipahami, ditafsirkan, diterjemahkan, dan di-dialog-kan dengan dinamika realitas historisnya.

Metode hermeneutika pada dasarnya dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan interpretasi terhadap kitab suci hindu, budha, yahudi, kristen, islam, dll karena kesemua kitab suci tersebut memiliki unsur-unsur yang sama yaitu : pengarang, teks, dan pembaca.

Dengan menguasai metode hermeneutika, diharapkan setiap pembaca (reader)dapat menangkap pesan-pesan yang ingin disampaikan dalam teks (text) secara utuh sebagaimana yang diharapkan oleh penulis (author).

0 komentar:

Posting Komentar